Selasa, 29 September 2020

PENDIDIKAN TANPA MEMBACA : IBARAT BERJALAN DALAM WAHANA KEGELAPAN

 Dengan membaca kita bisa melihat dunia! Ungkapan ini mengandung makna yang sangat-sangat membangun serta menginspirasi. Di zaman ini kegiatan membaca sudah sangat lazim dilakukan oleh pelajar maupun para mahasiswa pada umumnya, dimana dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin meningkat serta berkembangnya budaya-budaya luar dikalangan negara kita sendiri yang membuat kita sering meninggalkan budaya kita sendiri untuk mencoba budaya luar, contoh kecilnya  saja budaya membaca buku yang biasanya bertatap langsung dengan buku kini beralih pada tatapan layar handphone sendiri, ini membuktikan bahwa kita lebih cenderung meniru budaya luar ketimbang memelihara budaya kita sendiri, apalagi dengan berkembangnya alat-alat elektronik yang sangat mempermudah aktivitas belajar kita. Tapi perlu diketahui bahwa, kehadiran alat-alat elektronik tersebut juga bisa membawa dampak negative, diantaranya kemalasan yang semakin merajalela dan minat belajar yang semakin berkurang.

Kendatinya dengan membaca buku berarti kita juga sudah bisa melestarikan budaya membaca di Negara kita sendiri. Dan pada umumnya budaya membaca buku sudah diajarkan sejak kita berusia dini hinggah terbawa sampai sekarang. Tapi tidak dipungkiri bahwa sebagian dari kita malah menganggap budaya membaca buku sebagai sebuah aktivitas atau pekerjaan yang membosankan. Karena harus duduk berjam-jam dan menatap lembar per lembar dengan telitinya, bahkan ada yang beranggapan bahwa pekerjaan membaca adalah membuang-buang waktu, mengapa demikian? Karena membaca akan memerlukan waktu yang sangat panjang, ketimbang menonton televisi atau mendengarkan radio.  Apalagi zaman sekarang ini setiap beritanya selalu ter-update setiap menitnya dan itu mempermudah masyarakat untuk menyimak secara cepat melalui televisi dan radio dengan mudah tanpa perlu menunggu beberapa jam untuk harus membaca berita  tersebut. Namun yang menjadi persoalan terbesar adalah dengan adanya televisi lebih banyak masyarakat yang menghabiskan waktunya didepan layar, dan kebiasaan ini biasanya paling banyak dilakukan oleh para pelajar dan mahasiswa. Sehinggah penyebabnya adalah kemalasan untuk membaca lumrah menjadi  suatu kebiasaan yang sering terabaikan, ditambah lagi dengan kurangnya parhatian dari para orang tua dan kesadaran dalam diri yang selalu terabaikan.

Membaca merupakan salah satu media belajar yang sangat efektif di dalam dunia pendidikan. Itu jelas dalam dunia pembelajaran, pendidikan harus didasari dengan kemampuan, dimana kemampuan tersebut harus diimbangi dengan tulis dan baca sebagai dasar. Di Indonesia sendiri, membaca dan menulis sudah menjadi kebiasaan sejak awal masuk sekolah, namun dengan berjalannya waktu, kebiasaan itu semakin berkurang dengan bertambahnya usia serta bertambahnya jumlah kesibukan pada diri seseorang, hinggah akhirnya kebiasaan-kebiasaan yang sudah terbawa dari kecil itu pun akhirnya sirna dan terlupakan, dan jika sesekali membaca pun mungkin hanya ketika sedang ujian test ataupun lagi berada dalam kelas tapi lebih banyaknya para pelajar lebih banyak menghabiskan membaca komix atau novel-novel terbaru, membaca komix ataupun novel memang adalah juga bagian dari belajar, tapi sebaiknya kebiasaan tersebut juga perlu diimbangi dengan membaca bahan bacaan yang lain, misalnya saja membaca bacaan pendidikan atau materi sekolah/kuliah sehinggah wawasan kita bisa bertambah. Dengan demikian maka kebiasaan seperti itu  di Indonesia sudah menjadi seperti sebuah kebiasaan tersendiri. Dimana dalam dunia pendidikan lebih sering menghabiskan waktu untuk membagi ilmu ketimbang mencari ilmu. Dan itu sudah menjadi ketetapan dalam dunia pendidikan, yang hanya mengajarkan para siswa maupun mahasiswi untuk mengambil kesempatan dalam menampung ilmu tanpa mencari refrensi luar yang menambah wawasan siswa/siswinya.

Selain itu, kurangnya kesadaran para pelajar dan mahasiswa dalam mementingkan dirinya sendiri juga menjadi konflik utama , karena bagaimanapun juga hanya diri sendirilah yang mampu mengendalikan segala kemauan dalam diri. Jika pada mulanya tidak ada keinginan sama sekali dalam diri, maka mau sampai dimana juga orang tersebut tidak akan pernah bisa berkembang. Maka di Indonesia akan terus hidup sebagai Negara berkembang tanpa tau kapan harus menjadi Negara maju. Bagaimana tidak, kalau kita hanya mau hidup dibawah ajaran orang dan Negara lain, tanpa tau dan peduli sama Negara kita sendiri. Pendidikan yang semakin campu aduk, ajaran yang semakin melemahkan semangat belajar siswanya, aturan yang sering diinjak-injak, moral yang berubah-ubah, kapan kita memerdekakan diri. Jangan bilang Indonesia merdeka berarti kita bebas dari penjajah, dan merdeka secara total. Sesungguhnya kita masih dijajah oleh diri sendiri, masih terbelenggu dengan hutang-piutang kemerdekaan itu.

Jangan sekali-kali mengakui pendidikanmu bermutu tinggi sedangkan perpustakaanmu dibiarkan kosong dan  dipenuhi sarang laba-laba serta  berkerumun kutu-kutu buku, lalu jangan juga kau bicara soal pengetahuan dan wawasan apabila kau hanya menenteng handphone bermerek dan membalik-balikan screennya. Cobalah bicara dan berdiskusi tentang judul atau topik yang memberimu pengetahuan. Karena setinggi apapun pendidikanmu, tanpa membaca pendidikan tinggimu itu adalah kosong. Membaca ibarat seperti pelita, menerangi sepanjang jalan dalam kegelapan. Begitu juga dengan membaca. Membaca tidak hanya membantumu saat ini ataupun detik ini saja. Dengan membaca dan semakin banyak membaca, memorymu akan sanggup merekam sebagian yang kau baca hinggah disuatu hari apa yang kau baca tersebut dapat kau rekam kembali. Membaca seperti menabung, semakin banyak membacamu semakin kaya pengetahuanmu.

Membaca yang baik akan membuatmu merasakan kenyamanan ketika kamu sedang membaca. Membaca juga tidak hanya selalu ditempat-tempat yang sunyi, ada juga kebiasaan membaca yang mampu menambah minat membacanya, seperti membaca sambil mendengarkan dan menghayati lagu juag sangat bermanfaat, selain itu membaca sambil ngemil dan itu biasanya lebih sering  dilakukan oleh para wanita ketimbang lelaki, kemudian kebiasaan yang satu ini yang biasa dilakukan oleh para lelaki adalah memainkan pena diujung jari. Berbagai kebiasaan diatas tersebut jangan dianggap sepele, kaena bisa saja ketika merea membaca dengan masing-masing expresinya mereka lebih bisa mendalami atau lagi benar-benar menghayati setiap kata per katanya.

Dan coba jika kita bandingkan minat membaca kita yang berpendidikan dengan mereka yang kurang beruntung untuk menikmati pendidikan tinggi sperti kita saat ini, dimana kehidupan mereka yang berkekurangan namun memiliki semangat belajar yang tinggi. Mereka-mereka itulah yang sering menghabiskan waktunya untuk membaca, entah itu Koran kusam ataupun majalah bekas yang biasa dibuang oleh para pelajar. Ini menunjukan bahwa kita yang saat ini berpendidikan tinggi belum bisa mensyukuri segala yang kita miliki. Maka ada baiknya jika  kita yang berpendidikan jua harus kembali berbenah diri dan belajar dari mereka.

Maka untuk itu, kita perlu merasa bersyukur dan merasa memiliki sebelum kita bisa melangkah atau berpindah ke topik yang lain. Begitu juga degan menumbuhkan minat baca dalam diri kita sendiri. Dan yang perlu diingat adalah buku adalah jendela dunia maka membaca adalah kunci menbuka dunia. Maka perbanyaklah membawa untuk menambah wawasan dan  tanamkan rasa ingin tau dalam diri untuk mencapai tujuan serta cita-cita. Karena kamu takan bisa berjalan dalam kegelapan sendiri, kamu butuh pelita sebagai penerang jalanmu. Begitu juga dengan pendidikanmu. Setinggi apapun tingkat pendidikanmu, tapi kalau minat baca dan belajarmu kurang maka kamu akan selalu menjadi yang terakhir dan terbelakang karena wawasanmu tidaklah seluas mereka yang mencintai membaca.daya kita sendiri untuk mencoba budaya luar, contoh kecilnya  saja budaya membaca buku yang biasanya bertatap langsung dengan buku kini beralih pada tatapan layar handphone sendiri, ini membuktikan bahwa kita lebih cenderung meniru budaya luar ketimbang memelihara budaya kita sendiri, apalagi dengan berkembangnya alat-alat elektronik yang sangat mempermudah aktivitas belajar kita. Tapi perlu diketahui bahwa, kehadiran alat-alat elektronik tersebut juga bisa membawa dampak negative, diantaranya kemalasan yang semakin merajalela dan minat belajar yang semakin berkurang.

Kendatinya dengan membaca buku berarti kita juga sudah bisa melestarikan budaya membaca di Negara kita sendiri. Dan pada umumnya budaya membaca buku sudah diajarkan sejak kita berusia dini hinggah terbawa sampai sekarang. Tapi tidak dipungkiri bahwa sebagian dari kita malah menganggap budaya membaca buku sebagai sebuah aktivitas atau pekerjaan yang membosankan. Karena harus duduk berjam-jam dan menatap lembar per lembar dengan telitinya, bahkan ada yang beranggapan bahwa pekerjaan membaca adalah membuang-buang waktu, mengapa demikian? Karena membaca akan memerlukan waktu yang sangat panjang, ketimbang menonton televisi atau mendengarkan radio.  Apalagi zaman sekarang ini setiap beritanya selalu ter-update setiap menitnya dan itu mempermudah masyarakat untuk menyimak secara cepat melalui televisi dan radio dengan mudah tanpa perlu menunggu beberapa jam untuk harus membaca berita  tersebut. Namun yang menjadi persoalan terbesar adalah dengan adanya televisi lebih banyak masyarakat yang menghabiskan waktunya didepan layar, dan kebiasaan ini biasanya paling banyak dilakukan oleh para pelajar dan mahasiswa. Sehinggah penyebabnya adalah kemalasan untuk membaca lumrah menjadi  suatu kebiasaan yang sering terabaikan, ditambah lagi dengan kurangnya parhatian dari para orang tua dan kesadaran dalam diri yang selalu terabaikan.

Membaca merupakan salah satu media belajar yang sangat efektif di dalam dunia pendidikan. Itu jelas dalam dunia pembelajaran, pendidikan harus didasari dengan kemampuan, dimana kemampuan tersebut harus diimbangi dengan tulis dan baca sebagai dasar. Di Indonesia sendiri, membaca dan menulis sudah menjadi kebiasaan sejak awal masuk sekolah, namun dengan berjalannya waktu, kebiasaan itu semakin berkurang dengan bertambahnya usia serta bertambahnya jumlah kesibukan pada diri seseorang, hinggah akhirnya kebiasaan-kebiasaan yang sudah terbawa dari kecil itu pun akhirnya sirna dan terlupakan, dan jika sesekali membaca pun mungkin hanya ketika sedang ujian test ataupun lagi berada dalam kelas tapi lebih banyaknya para pelajar lebih banyak menghabiskan membaca komix atau novel-novel terbaru, membaca komix ataupun novel memang adalah juga bagian dari belajar, tapi sebaiknya kebiasaan tersebut juga perlu diimbangi dengan membaca bahan bacaan yang lain, misalnya saja membaca bacaan pendidikan atau materi sekolah/kuliah sehinggah wawasan kita bisa bertambah. Dengan demikian maka kebiasaan seperti itu  di Indonesia sudah menjadi seperti sebuah kebiasaan tersendiri. Dimana dalam dunia pendidikan lebih sering menghabiskan waktu untuk membagi ilmu ketimbang mencari ilmu. Dan itu sudah menjadi ketetapan dalam dunia pendidikan, yang hanya mengajarkan para siswa maupun mahasiswi untuk mengambil kesempatan dalam menampung ilmu tanpa mencari refrensi luar yang menambah wawasan siswa/siswinya.

Selain itu, kurangnya kesadaran para pelajar dan mahasiswa dalam mementingkan dirinya sendiri juga menjadi konflik utama , karena bagaimanapun juga hanya diri sendirilah yang mampu mengendalikan segala kemauan dalam diri. Jika pada mulanya tidak ada keinginan sama sekali dalam diri, maka mau sampai dimana juga orang tersebut tidak akan pernah bisa berkembang. Maka di Indonesia akan terus hidup sebagai Negara berkembang tanpa tau kapan harus menjadi Negara maju. Bagaimana tidak, kalau kita hanya mau hidup dibawah ajaran orang dan Negara lain, tanpa tau dan peduli sama Negara kita sendiri. Pendidikan yang semakin campu aduk, ajaran yang semakin melemahkan semangat belajar siswanya, aturan yang sering diinjak-injak, moral yang berubah-ubah, kapan kita memerdekakan diri. Jangan bilang Indonesia merdeka berarti kita bebas dari penjajah, dan merdeka secara total. Sesungguhnya kita masih dijajah oleh diri sendiri, masih terbelenggu dengan hutang-piutang kemerdekaan itu.

Jangan sekali-kali mengakui pendidikanmu bermutu tinggi sedangkan perpustakaanmu dibiarkan kosong dan  dipenuhi sarang laba-laba serta  berkerumun kutu-kutu buku, lalu jangan juga kau bicara soal pengetahuan dan wawasan apabila kau hanya menenteng handphone bermerek dan membalik-balikan screennya. Cobalah bicara dan berdiskusi tentang judul atau topik yang memberimu pengetahuan. Karena setinggi apapun pendidikanmu, tanpa membaca pendidikan tinggimu itu adalah kosong. Membaca ibarat seperti pelita, menerangi sepanjang jalan dalam kegelapan. Begitu juga dengan membaca. Membaca tidak hanya membantumu saat ini ataupun detik ini saja. Dengan membaca dan semakin banyak membaca, memorymu akan sanggup merekam sebagian yang kau baca hinggah disuatu hari apa yang kau baca tersebut dapat kau rekam kembali. Membaca seperti menabung, semakin banyak membacamu semakin kaya pengetahuanmu.

Membaca yang baik akan membuatmu merasakan kenyamanan ketika kamu sedang membaca. Membaca juga tidak hanya selalu ditempat-tempat yang sunyi, ada juga kebiasaan membaca yang mampu menambah minat membacanya, seperti membaca sambil mendengarkan dan menghayati lagu juag sangat bermanfaat, selain itu membaca sambil ngemil dan itu biasanya lebih sering  dilakukan oleh para wanita ketimbang lelaki, kemudian kebiasaan yang satu ini yang biasa dilakukan oleh para lelaki adalah memainkan pena diujung jari. Berbagai kebiasaan diatas tersebut jangan dianggap sepele, kaena bisa saja ketika merea membaca dengan masing-masing expresinya mereka lebih bisa mendalami atau lagi benar-benar menghayati setiap kata per katanya.

Dan coba jika kita bandingkan minat membaca kita yang berpendidikan dengan mereka yang kurang beruntung untuk menikmati pendidikan tinggi sperti kita saat ini, dimana kehidupan mereka yang berkekurangan namun memiliki semangat belajar yang tinggi. Mereka-mereka itulah yang sering menghabiskan waktunya untuk membaca, entah itu Koran kusam ataupun majalah bekas yang biasa dibuang oleh para pelajar. Ini menunjukan bahwa kita yang saat ini berpendidikan tinggi belum bisa mensyukuri segala yang kita miliki. Maka ada baiknya jika  kita yang berpendidikan jua harus kembali berbenah diri dan belajar dari mereka.

Maka untuk itu, kita perlu merasa bersyukur dan merasa memiliki sebelum kita bisa melangkah atau berpindah ke topik yang lain. Begitu juga degan menumbuhkan minat baca dalam diri kita sendiri. Dan yang perlu diingat adalah buku adalah jendela dunia maka membaca adalah kunci menbuka dunia. Maka perbanyaklah membawa untuk menambah wawasan dan  tanamkan rasa ingin tau dalam diri untuk mencapai tujuan serta cita-cita. Karena kamu takan bisa berjalan dalam kegelapan sendiri, kamu butuh pelita sebagai penerang jalanmu. Begitu juga dengan pendidikanmu. Setinggi apapun tingkat pendidikanmu, tapi kalau minat baca dan belajarmu kurang maka kamu akan selalu menjadi yang terakhir dan terbelakang karena wawasanmu tidaklah seluas mereka yang mencintai membaca.