Selasa, 08 November 2016

PEREMPUAN TERAKHIR





Malam semakin larut, hening kian menyiksa. Bulan pucatpasi tenggelam bersama gelap, bintang apalagi. Datang dan pergi sesuka hati. Hidup adalah lukisan langit, kadang benderang, redup, terang, dan berakhir digulita. Dan aku menemukan sekian orang yang singga dipelipur hatiku dini hari. Mereka berlalu bagai bintang. Dan dan pergi sesuka hati, hanya saja bulan masih pucat tuk beranjak sampai puncak.
Mereka yang datang ialah orang-orang yang haluan kakinya tersentak bersama karang tajam, atau lebih tepatnya mereka adalah orang-orang pengecut. Lari dari masalah misalnya. Atau bahkan ingin masalah lari dari padanya.
“ manusia butuh masalah untuk mengenal apa itu masalah bagi dirinya. Tanpa masalah kita tidak akan pernah mengerti apa itu tujuan hidup kita”
Dan sepeti itulah simulasiku. Hidup memang harus dinikmati, tapi jangan sekali-kali membiarkan hidup mempermainkanmu.
Aku datang dari  kesukaran hidup yang membuatku mampu menulis kalimat seperti di atas. Apalah artinya aku yang hanya menulis dalam ketidaktahuan. Apa gunanya aku kalau hanya bercerita dalam gelap. Pengecutkah aku? Penipukah aku apabila hanya menangis bersama doa?
Manusia butuh menulis dari ketidaktahuan dalam doa. Dan aku percaya betul hal itu. Jika kau bertanya kenapa dan mengapa, maka aku hanya punya satu alasan duniawi yaitu “ IBU”.Ibu adalah dunia kecil yang kupunya. Ibu adalah alasan aku menulis dari ketidaktahuan. Ibu adalah landasan doa-doaku.
Setetes air mata yang mendera wajahnya, sebutir keringat yang menggenang ditubuhnya adalah untuk aku. Aku dan aku.





Rabu, 28 September 2016


Tanpa Pengecualian

 

Jalanan itu tak bertepi, tapi tidak juga berujung.
Telah lama aku menunggunya mampir di berandaku,
seolah tak menduga,
kau menggiringnya bersamaku.

Di keramaian kota Yogyakarta,
Disebuah kediaman yang istimewa,
kau suguhkan kehadiranMu disana.

Melewati ruas-ruas aspal bersama rintik sore hari,
ketika itu,
aku malu-malu datang padamu.
pertanda aku adalah wanita biasa.
Jauh dari kata sempurna.

Kau pun enggan melirikkan mata,
gelisah sesaat menemaniku.
takut, gugup bahkan bimbang!

seluruh sendiku terasa retak,
dan berhamburan sepanjang jalan pringgondani.
dan kau..
kaulah penyebab segalanya.

sesungguhnya dua pandngan matamu,
mampu menembusi tujuh lapisan kulit terdalamKu.
inikah asal muasal rasa itu?
ataukah inilah yang dinamakan perasaan?
ibarat dunia tak seindah surga!

Atau semacam baper yang biasa dilontarkan!

sudahlah, aku hanya mengentahkan sesuatu yang tak jelas.
mungkinkah cinta?
Tapi bagaimana,
aku belum terlalu pantas menulis tentang cinta itu.

aku juga belum mengenal seperti apa cinta yang selalu dibanggakan dari teman-temanku.
lalu cinta seperti apa dari tatapan mataMu?
cinta seperti apa dari cara bicaramu?
cinta seperti apa dari perhatianmu?
dan cinta seperti apa pula dari hatimu?

Bisakah kau menjelaskannya padaku?

Adakah cinta itu seperti waktu yang berlalu,
dan meninggalkan kenangan.
ataukah cinta yang kau maksud itu adalah
cinta seperti aku dan kamu mencintai buku?

Aku pikir aku terjebak diarea ini!
tapi tolong bantu aku,
sebelum kau berlalu pergi,
tolong bantu aku mengingat kembali halaman terakhir yang
pernah kita labuhi bersama
dan setelah itu,

Aku akan menjawab seperti yang kau minta.
tapi cukup dengan pengecualian.
cukup kamu dan selembar tulisan kita
yang akan selalu kita baca bersama di alun-alun berikutnya.

Selasa, 02 Agustus 2016

MENANTI BESOK


Aku Menanti besok dari sisa serpihan kemarin
yang pernah membuatku jatuh menindih batu
aku menunggu besok dari sisa rasa yang tersirat
yang pernah ku suratkan lewat pelangi 


aku setia menjemput besok
berharap tulus agar besok lebih setia padaku
aku mohon pada besok
semoga besok memohonkan aku agar  tetap bahagia
walau besok tanpa mu adalah sebuah kehidupan baru

JUJUR BUKAN RINDU





Rintihan airmata sudah tiada lagi
Hanya sedu sedan sepi yang tertinggal di tebing -tebing pelangi hari itu
Makna nya masih berseronok lampau

Rindu yang berkocak diperadu hati
Pelan -pelan dapat ku usir ke ujung paling akhir hakikat tak serupa tentang kamu yang lalu

Namun ku tau masih ada kerdip mata
Yang mengintai rindu dari raga lara
Tidak usah bohong andai ku bilang rindu itu tiada !
Karena rinduku telah terpahat utuh seperti batu bata .

Mundurlah . .
Enyalah . .
Pergi dan pergi . .
Di ujung jalan sana masih ada intan yang harus ku miliki .

ISTIMEWA


Selaska cerita tertoreh pada lembar hari
Mengisi kosong ku tanpa tanda isyarat
Mengganti hilang pada tiap butir masa
Menapaki jejak pada khatulistiwa bumi

Desiran ombak kian bergadu mencumbu bibir pantai
Alam memukau menyulam menit tiap detik

Suara gadis kampung menjahit cakrawala
Padanya pagi -pagiku pecah oleh tangan emas berbaur racikan hitam bernama kopi

Istimewa itu seindah cerita gadis kampung
Menjunjung tinggi cinta pagi
Menaruh rasa pada secangkir gelas kaca

Pagi yang istimewa
Mentari reba pada pangkuan senyum
Menutup malam di beranda ufuk timur * * *

Rinai Hujan Untuk Tuhan *



Selepas jeda pada rayuan hujan senja, aku kembali merasa kehangatan mentari yang terlalu sulit untuk mencairkan kebekuan di dadaku. Ini bukan sepenuhnya tentang aku, hanya ketika suatu hari aku menemui batas sempit yang terhimpit pada rongga-rongga waktu dan memaksa untukku membuat pilihan terbaik dari yang tersulit seperti halnya ku berdiri di ketinggian tebing yang curam tanpa ada batas dengan dalamnya jurang. Satu-satunya cara, aku harus bertahan jika ingin tetap hidup dan tak ada pilihan lain kecuali aku ingin mati. Mendengarkan kata mati membuatku bergidik, tak bisa membayangkan bagaimana sakitnya bagai daging yang dirobek-robek oleh tajamnya taring singa. Apalagi tiada yang menemani di sisi, sama sekali tak ingin menjadi mayat beku dan membiru tanpa ada iringan cinta dari yang mencinta dan yang selalu memilih aku.

Telah lama aku tak lagi bergincu dan memudarkan bedak yang seolah tak lagi menjadi istimewa. Bukan melupa aku adalah seorang perempuan. Hanya saja ada masanya energiku berada pada titik persen terendah. Nyanyian angsa yang tak lagi kusenandungkan kini berganti kicauan burung yang menjadi satu-satunya titik temu antara aku dan waktu ajaib bernama senja. Aku mengalah pada kejamnya hari dan orang-orang yang memiliki kepala bertegangan tinggi, bukan berarti menyerah. Hanya ingin sejenak meresapi apa yang terlalu banyak kulewatkan, apa yang tak kumengerti dan semakin membingungkan. Ini memang tentang perjalanan, sejauh batas yang kularung, sedalam hatiku melaut. Sudahkah kutemu apa yang kumau?

Luka-luka, debu-debu, sarang laba-laba, dan sangkar emas yang kini berkarat menyesakkan. Satu demi satu menemui wajahku. Fatamorgana yang melindap semu seolah menyilaukan sesaat dengan sejumput harapan dari balik kegelisahan. Dan kutemui diriku dalam fana menjelma kupu-kupu yang tak mampu melihat keindahanku sendiri karena terpaut akan keindahan mulut berbisa orang lain.

Dulu aku suka berlari, tunggang langgang, dan menjadi satu-satunya pemegang indah harapan. Lalu aku mewujud ratu yang dielu-elukan dan dipuja oleh puji-pujian. Apa aku terlena? nyatanya aku semakin bosan dan mendadak terhempas dari tempias rinai gerimis yang menyejukkan menuju gurun yang tak lagi menghangatkan tapi membakar semua energiku hingga layu bak perdu beronak tak menyemai bunga.

Menatap mentari tak lagi membuatku berdiri gagah, menatap laut juga tak kunjung mendamaikan riak. tapi aku tetap tak bisa menggadai ketidakpastian masa depan hanya untuk cinta sebatas tatapan muka. Aku sadar, tapi aku terlalu nanar.
Satu-satunya yang kubenci adalah menjadi perindu terbaik tanpa mampu mendapatkan balasan rindu yang setimpal. Sedang yang kurindu tak pernah sekali detik sekedar coba untuk menengok diam-diam dalam balutan sepi dari balik punggungku. Lalu mau kemana ketika kepala berisi bom waktu, dan hati menanam benih carut marut angin badai tanpa kenal musim? Siapa ingin menemui siapa? Siapa melangkah ingin kemana? Siapa ingin melupa tapi terus mengingat?

Bila saja bisa kutitipkan angin pada awan agar dilarung laut menuju antah berantah, atau kusemai luka pada darah agar mengalir menjadi keringat dan hempas oleh udara. Bila kutemui kau begitu dekat sedang arah begitu jahanam memisahkan rasa. Mana yang lebih manis dari kecupan pertama dengan ketulusan tanpa ada sentuhan kabut dibaliknya? aku ingin kembali merasa semu merah jambu dari jatuh cinta yang malu-malu, perasaan kikuk yang memberikan sengatan listrik pada jantung untuk membuatnya lebih berdegub, atau rasa yang kuncup-kuncup bersemi dan mekar bersama titik embun pagi. Aku merindu hari mendamaikanku tanpa takut orang lain memiliki mawar hitam dari balik pandangan mataku.

Tuhan, kumohon hanya padaMu tuk hangatkan dingin hatiku. Mohon redamlah ketakutan dari simtom-simtom yang berdenyut di kepalaku. Kecuplah keningku lembut dengan butir-butir maafMu. Ini perjalanan yang harus tetap kulanjutkan, beri kekuatan tuk wujudkan indah harapan.

Senin, 01 Agustus 2016

KETIKA CINTAKU BERNADA RUMIT


Ijinkan aku
terbang bersama angin
Dikala hatiku tersayat asmara
Di iris rindu oleh serpihan pisau belati
Atas kosongmu dan kosongku lewat simponi Bernada cinta berbalut rindu

Andaikan hadirmu dulu
Tak sesesak rasaku saat ini
Maka takanku biarkan dirimu berkelana di dasar hatiku
Aku merana
Andaikata cintaku tidak kau
Hipnotis dengan egomu
Cintaku suci beraroma sutra
Demikan yang aku punya
Tak setajam hati dan perasaan
Yang kau balas padaku

Seguris luka sempat bertandang
Kala cintamu sempatkan malang
Dengan gagahnya kau tancapkan pedang hinggah aku meradang
Lalu hanyut dalam nestapa penuh goncangan
Ku ukir lalumu kembali
Dulu cinta itu membuaiku
Hinggah menenggelamkan aku
Dalam keasyikan duniawi
Sedang kini ku tau
Kebahagian itu hanya sementara
Tertawa riang namun diakhirkan binasa

Kamu dan ego mu
Aku dan cintaku
Bagaikan sepasang merpati yang berlainan arah
Cintamu menjalar ke barat
Dan aku menyusuri selatan
Harus bagaimana ?

Cinta tidak butuh di terbangkan
Cinta tidak perlu di publikasikan
Cukup simpanlah
Cukup genggamlah semampumu
Dan cukup untukMu merangkul hinggah tak terjatuh ke arus cinta yang berlawan

Maka biarlah seadanya
Aku mengalah
Hinggah kau merasa nyaman
Jika demi ego kau ingin pulang
Maka bergegaslah
Bawa pergi hasratmu
Biar bingkaimu ku bungkus rapat
Dalam angan jari jemariku
Melangkah lah sejauh harapmu
Dan biarkan harap ku terkunci
Hinggah tidak kau atau seorang pun membuka nya lagi
Hinggah Tuhan menjawab

Tanpa banyak tanya yang harus ku tegaskan
Tanpa banyak kata yang harus ku inginkan
maka pergilah

Pilihan terkadang bukanlah yang terbaik
Namun pilihan harus tetap kita jalani
Meski rasa sakit yang harus kita dapati
Mencintai terkadang menyakitkan
Namun
Kita takan dicintai
Jika
Kita tidak mencintai .

TANI MAYA INA



Ina . .
Anam go tani mayano ina
Mo pana peken nuba ben tobo rogo
Ina gawe lupan
Anam ben dei dawa

Ina . .
Susah kiden go kenuk'a
Kiden kala inak take
Latu kala taku
Leta kala heku ina oo
Go nimun take

Horo louk
Go tobo tani mayano ina
Mo mata pekenek
Man dikenehi

Mata mai turu tanah
Lolak mai loni ekan
Tani tutu tani
Marin tani mayan kala heku

Ata rabe mayan dihala
Ata rabe tulin di kura

Ina . .
Anam Go tani mayano
Aran pira go kai
Koi inak moe
Tani kabe horo louk
 
_ Sandakan_

ALAS KAKI

 
Kini pagi berlabu
Sandarkan peluh pada bahu
Wajah kaum ayah utarakan selaska harap

Pada persimpangan lahan
Terkuai seribu satu penat

Deretan padang gersang
Berbatu ganas mesti nya
Sekeras beton pada hujung nya
Kaum ayah kekar kan tubuh
Dari onggokan tanah tanpa serpihan
Kian batu bersembunyi di balik gumpalan

Cangkulmu kau ayuh
Jauh ke atas
Pantul mentari enggan singgah
Pada pekat nya tanah
Terterah tebal di atas ujung besi tuamu
Garis tanganmu tertulis sehaska
Jiwa
Demi kami

Syair anak pipit
Menyatu dalam gemah nolstalgiamu
Senyum ria abaikan bulir letihmu
Sehelai topi bernaung pada kepalamu
Dalm ruang panasnya hari

Tangan kasarmu tak
Kau gubris demi kami
Ragamu yang letih tak
Kau kisah untuk kami
Letih jiwamu tak
Kau sandarkan pada naluri kami

Semangatmu bukan batu sandungan
Untuk berhenti menaruh harap
Kian berseri
Kami ukir semangat belajar kami
Di bawah alas kakimu yang kusam
Di tutupi kerasnya tanah
Semangatmu masa depan kami
Peluhmu sukses kami
Letihmu semangat kami

Pacul yang dalam
Agar kami tau bahwa hidup ini tidak selamanya selicin lumut hijau
Kadang kami harus tau
Bahwa tanah juga memberi keras pada raga

KAMI ANAK ZAMAN INI


Kami anak zaman ini
Mewakili 7 turunan papa sekali
Dalam Darah kami mengalir pasti
Pusaka moyang sejak zaman bahari

Kami mewarisi tradisi sili berganti
Darah daging kami penuh budaya asli
Dalam urat campur tulang berbaur langsung
Kami hidup terus terang tiada canggung

Kami mewarisi sejarah berabad silam
Sejak kerajaan berdiri dan hilang tenggelam
Ada yang tinggal pada kami hanya tulang nya
Ampas -ampas debu dari picitan usang

Kami sekarang berdiri teguh sekali
Dalam dada penuh cita insaf sejati
Segala dendang dan tari telah kami lalui
Pada tumpah rua darah di kala itu
Namun kami masak dari kementahan kini

Kami anak zaman ini
Tidak mau mengemis sesuap nasi
Karena bumi kami telah memahat janji
Kami punya hak untuk hidup berdaulat tinggi

* KELIRU *



mengiringi waktu berlalu dari hari ke hari
aku masih juga begini mengenali diri dalam kelesuan
mengatur jejak menimang derita membilang air mata
memburu haluan hidup

sesekali gelisahku jadi duri
menikam kejam derita yang sedia parah lukanya
menusuk pedih harapan yang kian dibayangi kecewa
ketika itulah diri ini jadi keliru
terlalu asing dalam mencari haluan

andai dalam gelisah ini aku jadi keliru
antara nasib dan takdir
antara syukur dan kesal
antara redha dan terpaksa
segalanya jadi sama dalam dengan tiba-tiba
bagai permata dan kaca sukar untuk ku bedakan

beginikah hidup yang kau rencana
pada sepasang mata layu yang samar dari sinaran
lalu meniti bebanan di setiap likuan
dan kini setelah hidup dalam derita
aku masih terlalu jarak dari bahagia

kuhimpunkan doa walaupun bicaranya tetap sama
ku gubah harap kulagukan mohon
kurangka syukur kubariskan di hening malam
hingga akhirnya aku kehabisan tangis
tunjukilah aku
yang sering jadi keliru dalam menilai jalanku
Kini tersadar lamunanku bahwa
aku adalah aku...

Minggu, 31 Juli 2016

*MIMPI YANG TERJUAL*


Desau nafasku terdengar nyaring
Menghimpit los -los pasar berbau duniawi
Tangan kecilku berjabat erat pada kayu kering
Langkah kaki mungkilku seolah
Dua roda nafas yang sili berganti
Menebar haluan mengalahkan matahari

Tenagaku habis terkuras
Jalanan aspal terlalu keras
Menaruh keras pada pundak tak berdosaku
Sekuat tenaga aku bangkit
Bersimpul gerak mencumbu asap
Kadang pula kudekap abu jalanan

Langkah tertatihku harus dipercepat
Gerak bengis tenagaku harus menyudahi
Doronglah . . Dorong lah
Itu punca merdekaku
Mengarungi beban membeli mimpi
Ayah ibu ini lah aku anakmu

Lelah letih lunglai
Manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang
Mengejar mimpi yang terjual
Dan taukah

Aku melihat air menjadi rusak karena alam tertahan.
Jika  air mengalir menjadi jernih,
Jika tidak, ia akan keruh menggenang.
Lalu
Anak panah jika tidak di tinggalkan busur
Tak akan kena sasarannya

Dan
Jika matahari diorbitnya tidak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandangnya

Begitu juga aku
Mengasah nalar menguji semangat
Meraih mimpi pada ruas jalan tak bernama
Biarlah mimpiku terjual hari ini
Karena masih ada besok untuk aku
Menari bersama semanagt
 Hinggah pada senja berikutnya kan kubeli kembali mimpi yang terjual *

Sandakan  181015

BIARLAH *



apalagi yang hendak kukejar
bila sang mentari kini telah kehilangan cahayanya
berharap kan ada pelangi
saat rintik hujan mengakhiri waktu
senyap ini telah menguburku.
biarkan aku tetap tenggelam
menikmati semilir angin ketabahan
biarkan aku tetap bertahan
walau duri tajam ini
harus menghempasku ke dalam  ketiadaan


(Sabah 010215)

AKU DALAM SAJAK *




Di ketinggian langit malam
aku berusaha menganggap
semuanya takada
Pemandangan tinggi malam
yang terang,
lanskap
belakang rumahku tertimpa
cahaya dini hari,
aku duduk dipesisir tingkap menjuntai semilir jejak angin
.....

Adakah yang lebih panjang
dari malam yang penuh
masalah?
Adakah semangat di
kesepian yang jingga?

Suatu hari pernahku
sebut dalam diriku
keinginan, kebesaran,
kejayaan, kebanggaan.

Dan kuukir dalam
hari-hari ini
kerja dan
tidur yang sebentar.
Lebih dari cukup bukan?

Jika matahari dan
bulan tak pernah tidur
namun masih tetap menyinari

kusyukuri malam-malam
panjang ini

Malam-malam perayaan
dimana malaikat dan bidadari
menari, menabur terang,
sukacita kemenangan.

Aku menang bukan karena
mengungguli seseorang,
Melainkan
aku menang
karena tak mau menye-
rah pada kekalahan.

Aku hidup bukan
karena takada kematian,
aku hidup karena
Kebijaksanaanku yang menjadikan
aku seorang yang lebih bijak menilai dan berpikir
Syukuri segala yang ada padaMu! 

(Sabah-Malaysia)

ANGEL *



Aku insan lemah
Tak berdaya disebalik Sebab dosa
Melarut pada estetika beban raya
Terjunggal atas godaan birahi setan

Aku insan hina
Terbelenggu nista dalam alam sadar tak sadar
Tercerai berai dalam tunggakan sumpah serapah
Murka kemunafikan menguasai batinku

Wahai semestaku
Reban lelah mengusik peradu bait tiraiku
Segumpal abu hanyalah aku
Secarik kertas tertindih kulit ianya masih aku

Suci cinta ini kuukir tulus di altar
Bergemah lavender memanggil sekawanan dayang surga

Datanglah meraka
Menjuntai butir nafasku
Bibirku mengetab kala bijimata
Tak mampu mengelak indah pandang memandang makhlukmu kini

izinkan aku
Insan tak bersayap ini merasakan surga yang telah lama kubisik dalam kapernaun tuamu

ADALAH BENAR MERINDUKANMU AYAH !




Sepasang langit  beredar jauh
Sekeping awanpun berlalu sengit
Menunda senja berpaling pulang,
Adalah rindu yang terapung lama
Di bahumu, ketika ku uraikan cerita ini. 
Untuk Mu Ayah !

Lama aku terdiam dalam isak suara tangis , 
mulutku terbungkam diantara jarak rindu yang terlentang,
Aku padamu, engkau  ayah adalah pelangi sehabis hujan . 
Yang tak pernah gagal mewarnai hidupku.
Aku anakmu !

Lama sudah rasa hilang ini terbenam bersama mentari .
Masih aku junjung kisah ini. Ayah !
Kamu sosok yang sulit kujangkau diantara miliaran orang yang ku jumpai dan kukenali .
Anjungan tanganmu mengimbasku  kecakrawala, 


Meskipun orang kata kita adalah fana dan waktu adalah abadi !
Namun tak gentar aku meluapkan rindu yang sekian lama menyiksa jurai hatiku. 
Sekalipun tangis -tawa akan pulang , malam akan berlalu Dan senja akan beralih, 
aku tetap mengoyak lembar bisuku, akan kujadikan cerita malam ini penuh kerinduan .

Seperti bolamataku yang  merindui jejakmu.
memangku beban emas dari besi kayu, 
larut bersama langkah di seling bayang tanpa melodi .
Keriput elok terlukis kentara ,
Pikirku kekar badanmu  yang dulu menopangku menghitung bintang,
Kini pudar ditutup serambi tulang disamping kiri-kanan.
 Bahumu telah lama murung ! Aku menerka hari ini .

Butir air mukamu masih tersedup rapi, 
Pada layaran bingkai dua puluh dua tahun lamanya.
Begitu juga deru pokok kelapa melambai nyiur dipersimpangan tanah kering, waktu itu .
Musim berlalu, waktu berputar
Masih juga aku jumpai jalan itu menyerupai lengkungan surga dan neraka .

Dulu katamu !
Jangan dengar orang kata apa pada bapakmu nak !
Lihatlah pokok kelapa ini,
Buahnya jatuh terkadang jauh dari pohonnya ! "

Aku terpinga -pinga, mendesah kobaran katamu,
 Pikirku candamu adalah kebiasaan tanpa arti .
Namun seiring berjalanya waktu, hinggah matahari masih setia pada petang.
 Dan tanah masih kuat menangkis hujan membasahi ingatanku seketika dini .

Aku bersetujuh bahwa adalah benar, aku kehilanagn secuit makna pada tuturmu .
Aku lena bersama manisnya tawa yang pikirku adalah bahagia abadi ,
Tanpa tersadar bahawa aku lupa menabung emas dan permata dari syair yang kita lalui bersama di sepanjang perjalan aspal dan potongan jalan tapak beroman berputrimalu tinggi .

Sungguh aku merindui banyak hal tentangmu Ayah .

Karena sejauh apapun raga kita terpisah, namun bagiku ayah adalah bapa. Yang tetap sama dan tetap satu dalam hati ini .
Tanpa cintamu ayah , aku bukan aku yang saat ini berdiri dua kaki tanpa mempelawa jemarimu .

Aku merindukanmu ayah !
"Kau sosok yang menginspirasi"


TEMAN *

Dalam kalbu kelana
Aku rindu syair yang kala itu tergenang arusmu
Pada tiap -tiap tengah malam
Yang kau suguhkan lewat kata bernyawamu

Lewat angin tawamu

 
Dalam bayang nasehatmu di kala berirama
Ceritakan sederhananya jadi jiwa sejati
Tanpa berangan terlalu jauh
Tanpa bermimpi terlalu tinggi
Yang jelas nya jadilah pribadimu
Siap tersenyum
Sedia tertawa
Tanpa mengeluh berat beban Pada pundak sementara 

seperti pelangi yang hanya sekedar tampil lalu tak abadi.

Hilang kian menyusuri jejak hujan
Begitu caramu mengajari hal kecil
Pada insan yang membutuhkan
Tapi entahlah kini senjapun berpaling
Awan biru berubah jadi gelap
Menyisahkan putih bersih pada kertas tuaku 


Kau lenyap seketika bagai bayang yang tak bertanda
Aku menaruh tanya sepanjang itu
Dimana pesan singkat kala pagi
Masih kah ada semangat pagi berirama di pendopomu


Lalu mengapa sapa menyapa itu seakan di hantui misteri
Hilangmu kembali mengepung tintaku
Mengambil masa berhenti untuk merenungi
Akan destinasi fikirku nyata adanya
Ataukah hanya sekedar menyimpan iba atas dasar khawatir.


Aaahh teman
Semakin jauh dirimu di pelataran.


Kian harapku semoga segala yang baik
Sejalan bersama langkahmu 

Dan segenap kebaikan menyertai segala persoalanmu

MencintaiMu dalam diam adalah sejarah kisahku yang paling mustahil untuk kusingkirkan!


Tentang kamu ... :)

Tak perlu aku merangkai kata-kata indah untuk melakar namamu, krena namamu hanyalah jembatan menuju kerinduan, dan aku bersalah jika menuangkan namamu di sini.
Dan aku lebih berdosa, jika membohongi diriku sendiri apabila ada aku diantara bulir-bilir rindu itu !
aku menulis ini dengan rindu, yang tak mampu di baca oleh perasaan dan yang tak bisa diterjemahkan dengan lidah.

Aku mengenal dirimu dengan izin Tuhan dan dunia. Tapi tidak dengan sesuatu yang sering menjadi perbincanganku dengan Tuhan diluar pengetahuanmu.
Cinta adalah mata dan hati yang menjadikannya matahati.
aku jatuh cinta pada pertemuan singkat itu. Bermula dari dermaga yang keliru dan lautan yang tak merestui. Disitu gejolak mata tak sanggup berdusta, diatas lautan yang lentur kau ombang-ambingkan permulaan yang adalah sejarah. Lalu kitapun menjadi sepasang sahabat dengan kekeliruan ombak terhadap kapal layar.

Karena waktu pasti berlalu meninggalkan cerita, maka cerita kita kutitip pada karang jahanam di tanah Timur. Kita bergegas rapi bersama Perahu layar, Kau menopangku sedekimian indah. Perkenalan spontan mematerai kita. Dan mereka yang beserta kita adalah saksi tanpa kebenaran. Mengapa ? Karena kita melawan perbedaan yang mungkin menjadikan kau-aku dan mereka menjadi renggang. Aku sadar kecerobohan tulenku. Aku akui kejujuran yang tak membenarkanku. Aku keliru diantara cinta-mencintai- dan dicintai.

Lalu perlahan, kau menggandeng tanganku, berjalan sejajar disampingku, tertawa lepas dihadapku. Kau pelengkap kala itu.
Bersama berlalunya senja, kau memorikan sebuah awal dengan tatap dan senyummu. Tuhan jika yang boleh aku minta, izinkan dya berada lebih lama bersamaku. Itu sepenggal kalimat yang kirim untuk Tuhan diantara kita dan deru ombak dilautan lepas.

Kau dan aku menjadi kita. Kebahagiaan sempurna yang dijanjikan diam dan malam. Kita adalah dua bintang yang bersinar tanpa bintang yang lain. Kita adalah Ombak yang teduh dari keganjilan ombak yang lain. Kita adalah satu diantara beribu-ribu mata, yang terdalam dari kedalamam laut dan yang luas diantara langit dan lautan. itulah kita dalam dua hati namun satu cinta.

Kau janjikan bintang yang redup dan malam yang kesepian dengan genggaman tanganmu. Kau istirahatkan aku disampingmu dalam tenang. Dan ketika aku terbangun, dunia seolah berubah dan kau adalah satu-sattunya yang masih berada dekatku. Cinta tak mampu ditukar dengan kopi yang kau teguk dengan senyummu. tidak juga lemah seperti PopMie yang siap saji. cinta itu kuat, sekuat Dollar Australia yang tak mampu kau lukisakan diatasnya,tidak juga kau remuk-remukan kertasnya. Cinta itu murni semurni warna 5 dollar Australia. Aku ingat persis !

Hinggah, hujan kecilpun berlayar menyertai aku. Kali ini aku kembali berbisik pada Tuhanku lewat sebuah perantaraan.

Tuhan ..
Jika dya Milikku, maka jaga dya dan kembalikan dya jika sudah tiba masanya. Namun, apabila bukan tercipta untukku maka biarkanlah dya terlepas dipertengahannya. amin
Dan waktupun berlalu, sebuah perpisahan terkadang memberikan sebuah jalan yang lebih baik sebelumnya. dan itu nyata. Dan kebodohanku adalah tidak bertanya banyak tentangmu. Tapi entahlah seperti apa Tuhan menciptakan hatiku ini. aku tak sanggup berdusta. jika cinta diberikan Tuhan maka aku percaya Tuhan akan memeriksa hati kita masing-masing.

seiring berjalannya waktu , bertambahnya hari dan genapnya bulan, menjadikan benih cinta ini sulit pudar diantara semak-semak asmara kita. pernah berulang kali kita saling membelakangi oleh persoalan sepeleh dan perbedaan pendapat. Namun kau tau !
aku dan kamu masih tetap hidup dalam satu kisah yang sama.

Hinggah suatu hari. .
sebuah rahasia yang sulit kau jujurkan itu, nyata didepan mataku. Kau tau berapa dalam api membakar hatiku? berapa banyak iblis memporak-porandakan perasaanku?. Aku ingin mati tapi tidak dengan membawa serta kisah kita. Dan aku juga ingin hidup tapi tanpa kamu lagi. Aku keliru disini. Cukup ! itu yang terakhir kutegaskan dihadapanMu . ..

Malam berlalu dengan pelukan perpisahan kita, aku seolah-olah seperti orang bodoh yang baru terlahir. tapi entah dari mana dan kemana. Aku kehilangan arah.
Bahkan untuk melalui penerbangan yang kubayangkan setia disampingmu adalah sirna. Dusta. Dan membara bagai arang yang menyulap kayu. rapuh !
iya benar .. aku rapuh hari itu, tepatnya dalam doaku aku berharap agar aku tidak lagi melihatmu.
Tapi sayang .. entah kekuatan apa yang mengekang ingatanku, meluluhkan kerasnya hatiku dan mencairkan kebekuan amarahku.

Hinggah pagi itu, dibawah langit yang biru dan bisingnya kota pahlawan, kau nyatakan maafmu dalam peluk dan sebuah kecupan terakhir. Dan saat itu, pintaku pada Tuhan.
"sertai dya selalu, Seperti apa kehendakmu. Aku akan tetap bersyukur. Jaga dya Tuhan"
Aku mampu merasakan hatimu hinggah mampu mengerti setiap helaian nafasMu. Namun aku sanggup merelakan segalanya diakhir cerita ini. Di Surabaya kita melepas pandangan yang tak mampu dilakukan oleh tangan untuk waktu yang tak bisa kita takdirkan.

"Lalu kuputuskan untuk mencintaimu dalam diam ....."

Because .....
"I love you more than any word can say. I love you more than every action I take. I’ll be right here loving you till the end"
________________

(Jogja 010716)

Rabu, 20 Juli 2016

"Bagaikan Pelangi Di Balik Awan Hitam "




Bagaikan Pelang Dibalik Awan Hitam 

Sedikit aku kisahkan tentang rasa ku yang tak pernah di rasakan.
Aku hanya Lelaki biasa! yang mungkin dimata mu hanya sekedar ciptaan biasa atau kah hanya Makluk kerdil yang tak memiliki arti nya . Tapi jika boleh jujur , aku adalah pelangi yang tersaring di awan gelap !
aku adalah Pelangi Di balik Awan Hitam ...
Tau kah Engkau kekasih . sudah terlalu lama aku bersembunyi di balik awan Hitam, hanya sekedar untuk melihat keadaan mu di bumi, atau bahkan aku hanya sekedar memastikaan kabar mu dari awan Hitam ku .
kelak di suatu hari , engkau akan mengerti alasan ku.
Aku mengaggumi mu ,aku juga lebih menyayangi Mu , apalagi mencintaimu . Jangan tanyakan soalan itu pada ku , karena aku percaya engkau tau jawaban nya .
Tapi sejauh ini aku masih menjadi yang terbelakang untuk satu rasa mu . sulit aku artikan kisah ini . mungkin cara ku salah atau memang pengorbanan dan perjuangan ku tak berakar di hati mu ?
berbicara tentang cinta , iya cinta butuh pengorbanan ! dan aku adalah termasuk lelaki Tolol yang tengah korbankan jiwa dan raga ku untuk mu .Entah Sadarkah dirimu atau tidak . Dan sepertinya jarak hatiku ke hatimu lebih dekat dari jarak hatimu ke hatiku .
Tapi aku tak goyah mengejar mu . mendapati rasa mu yang sesungguh nya . Jarak bukan penghalang , karena mencintaimu adlah menerima jarak sebagai ujian utama , menjaga mu adalah prifasiku di hadapan Tuhan kita.

Hidup ku adalah tentang kamu . semua yang yang singgah di kabut pikiran adalah tentang kamu . Bahkan pernah di suatu hari aku Mabuk kepayan di tengah kota kecil , tanpa tesadar aku rebah di taman yang tak ku kenali , ini diluar batas kesadran sebagai manusia normal . Namun aku masih mengingat jelas apa yang tengah aku lewati di masa-masa itu . Dan kenyataan nya adalah aku mengimpikan kehadiran lewat sebuah Tulisan ku , aku memang terbuku dalam waktu yang lama akan khayal ku yang konyol .
Aku mencintai mu seperti api " pahamilah ! menjalar mengikuti nadi , meliuk ke setiap lekuk ragawi,menyentuh yang paling inti dan semakin tidak terkendali . Demikian lah kataku .

Hinggah hari itu , aku bertemu teman ku . kami tidak saling mengenali . Akan tetapi lewat bantuan teman karib ku , kami akhir nya di perkenalkan dan terciptalah persahabatan di antara kami .
tanpa panjang cerita, aku mencoba mengungkapkan khayalku beberapa waktu lalu pada sahabat ku . Dan ternyata Ia memahami betul isi hati ku . hinggah di akhir pertemuan aku berharap agar kelak cerita ku ini ditulis , agar kelak Dya yang membaca ini juga mampu merasakan perih nya hati ku , sebagai kekasih di balik awan hitam .

Meski demikian , aku tetap berbangga dengan cinta ku , kendatinya aku masih bisa setia menyimpan rasa seutuhnya untuk mu . yang cantik memang terbentang di depan mata , namun yang terindah itu tidak kurang dari satu. Dan aku memilih kamu sebagai yang pertama dan terahir . hinggah suatu hari nanti Engkau akan menyadari , mana diantara yang mengagumimu dan yang mana di antara yang menerima mu seutuhnya .Dan jika sudah sampai masanya , maka berbalik lah pulang . Karena aku dan perasaan ku takan pernah tertutup , seperti kisah yang saat ini ku tulis . akan hidup dan dikenang sepanjang hayat .

Kusemogakan sekali lagi . aku mencintaimu dengan cara ku , dengan rasa dan asah ku serta kurang dan lebih ku .
aku menunggu mu di sini , di bawah pelangi awan hitam .karena aku adalah pelangi dalam hatimu yang gelap . mencintaimu butuh waktu !

ABA-DO-GUN *

Selasa, 19 Juli 2016

SEBAB PEREMPUAN LAMAHOLOT DILAHIRKAN TIDAK UNTUK MERANTAU

WEEKLYLINE.NET_Di sini. Di perantauan bukan mimpi kami. Menjadi pekerja perempuan di perantauan sesungguhnya, bukan mimpi kami sebagai perempuan Lamaholot
Kami di sini (baca: perantauan) karena tuntutan yang mengharuskan kami ada. Tuntutan yang mengiakan kami memilih meninggalkan sebagian dari yang kami punya.
Sesama kita memang berpijak pada satu bumi tapi roda kehidupan ini milik masing masing kita , kadang kala kita di atas sambil menertawakan mereka yang di bawah kita dan kadang pula kita menjadi yang terbawa lalu menyesali nya. Itulah hidup !

Tetapi tiada jalan yang lebih mudah selain mencoba untuk menyelesaikan perjalanan selanjutnya. Sebagai kaum perempuan yang selalu di urutkan pada kedua setelah lelaki bukan selalu benar demikian karena kita punya peran yang lebih tangguh dari laki-laki. Berikut kisah perempuan Lamaholot dalam peran nya sebagai tulang punggung keluarga.
Perempuan Lamaholot tergolong perempuan yang kuat, penyabar dan pekerja keras. Demikan juga dengan Kewa (bukan nama sebenarnya) salah satu perempuan Lamaholot ini. Perjuangannya mempertahnakan pendidikan empat orang anaknya di tengah kehancuran rumah tangganya. Perempuan Lamaholot ini tahan banting dengan setiap persoalan hidup yang begitu panjang. Dari persoalan ekonomi sebagai seorang ibu sekaligus ayah menafkahi empat orang anak sekaligus, menyiapkan setiap tuntutan adat istiadat tepat pada waktunya dan tidak bisa tertunda meskipun harus berhutang. Ditambah lagi dengan persoalan keluarga yang menghampiri , tapi selalu menjawab semuanya akan baik baik saja. Inilah contoh sekelumit kisah perempuan Lamaholot.
·
Tidak hanya itu saja beban akan tanggung jawab akan hutang dan pendidikan anak -anaknya membuat tangguhnya perempuan Lamaholot ini sejenak berpikir untuk mencari jalan meringankan sedikit beban berat di pundaknya .
Maka jalan akhirnya adalah menyeberangi lautan menyisahkan duka demi sesuap nasi dan bayaran masa depan akan buah hatinya. Merantau adalah jalan awal memulakan sebuah Perjuangan melalui tangis dan pelukan ciuman terakhir .
perjuangan untuk mencapai impian atau cita-cita, masih di perhadapkan dengan berbagai kondisi dan konstruksi budaya yang memperlihatkan sisi-sisi kontroversialnya terutama terhadap berbagai persoalan yang membelenggu perempuan lamaholot.

Konstruksi budaya lamaholot, perempuan dalam kapasitasnya sebagai anggota masyarakat yang sebenarnya memiliki kedudukan yang sama dengan kelompok manusia yang lain yakni kaum laki-laki. Bagi orang Lamaholot Perempuan dapat di golongkan dalam kelompok kelas dua.
Berbicara tentang perjuangan bagi segenap Perempuan lamaholot barangkali bukanlah hal yang luar biasa, juga bukan merupakan sebuah tanggungjawab, atau juga bukan merupakan hak,tapi perjuangan itu lebih cendrung bukan menjadi milik seorang perempuan tetapi lebih pada representasi dari julukan untuk kaum adam adalam mempertahankan hidup dan keturunanya untuk mengisi bumi Solor Watan Lema itu.

Catatan ini tidak untuk membangun konstruksi baru terhadap perempuan Lamaholot, tetapi paling tidak dalam skala prioritas pembangunan Perempuan mesti dilibatkan agar tidak lagi mencari jalan untuk merantau dinegeri orang.
Sebab perempuan Lamaholot dilahrikan tidak untuk merantau. Salam dari perempuan lamaholot di Sabah Malaysia.
Fani Stefani