Jumat, 26 Mei 2017

Jangan Tanya

Jika nanti
jalan kita tak sebanding
tak searah
tak sehaluan

Jika nanti
kita tak bersanding
tak lagi menggandengan
tak lagi memeluk

ku harap ...
kita bisa tersenyum
merasa memiliki
walau nyatanya
raga kita tak bisa memiliki

jika nanti
demikian adanya
pintaku
Jangan Tanya Mengapa

KETIKA MIMPI ITU MENJADI ACUAN SEMANGAT DAN KESUKSESAN BAGI ACHI PRADIPTA

Achi Pradipta
Menjadi sosok yang dikagumi atau diidolakan memang tidak sepenuhnya hanya menampilkan bakat atau kemampuan yang dimiliki dalam segala aspek bidang perindustrian tanah air, tetapi bagaimana cara mereka menarik perhatian para penonton atau pendengar agar tidak mengalihkan mata kearah yang lain?. Apa lagi,  jika yang menjadi idola berasal dari kalangan perempuan. Dunia perempuan memang sering dikaitan dengan fashion show atau yang idealnya di sebut gaya berpakian/penampilan. Di era ini kecantikan seolah menjadi hal utama yang sering disoroti dan dicari untuk menyempurnakan sebuah acara atau moment tertentu, sedangkan untuk saat ini saja  kecantikan seseorang dapat dibeli cukup dari melihat penampilan luar dan bagaimana cara ia mengolaborasikan kecantikan dan bakat yang diembannya. Lalu bagaimana dengan persoalan talent seseorang yang sering dinomorduakan dari penampilan ?
Layaknya pepatah yang mengatakan “cantik itu relatif mahal- yang membuat mahal itu gengsi” seakan membawa kita pada perhitungan kecil dalam dunia perempuan. Menanggapi pertanyaan terkait dunia perempuan antara kecantikan dan talenta yang dimiliki, maka sosok yang satu ini adalah salah satu idolanya para mahasiswa dan para pencinta musik tanah air. Siapalagi kalau bukan Achi Pradipta (31) . Wanita kelahiran Yogyakarta ini adalah salah satu wanita sederhana yang mengaktualisasikan dirinya dalam dunia perindustrian seni dan musik Indonesia. Selain meminati sastra sosok yang satu ini juga benar-benar jatuh cinta soal musik sejak bergabung dalam Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Universitas Gajah Madah Yogyakarta sejak beberapa tahun silam.
Memiliki hobbi bernyanyi sejak kecil membuat Achi (sapaan sehari-harinya) menjadi orang yang selalu ingin bermimpi tinggi untuk kelak menjadi salah satu penyanyi terkenal di tanah air. Kendatinya, kecintaannya terhadap Indonesia dan budayanya mampu mengungkap keberagaman talen yang dimiliki seorang Achi. Berasal dari keluarga pecinta seni teater dan musik membuat wanita  pecinta tempe garik dan sambal goreng ini mulai memperdalami musik teater dari warisan keluarganya. Sempat ditemui (8/05/17) , tepatnya ruang  kelas Fakultas Sastra-Prodi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma sebagai narasumber dalam kuliah penulisan feature, ia mengaku sangat gembira melihat  semangat dan antusias mahasiswa USD dalam mencintai  fakultas pilihannya. Wanita berdarah seni ini juga berani menguak seputar kehidupan pribadinya dihadapan para mahasiswa.
Berlatar belakang pendidikan S1 Sarjana Sastra Indonesia UGM,  ia mengaku pernah mencintai dunia tulis menulis atau dunia  jurnalistik  dan memiliki ketertarikan dalam beretorika khususnya dalam hal ber-MC  (pembawa acara). “ Dulu saya juga menulis tetapi semua aktivitas itu saya lepas setelah mulai fokus bernyanyi, ngajar dan bermain musik” pungkas salah satu dosen musik di Fakultas Seni Pertunjukan,  jurusan Musik vocal satu, dua dan tiga instrumen menegangah di Universitas Institut Seni Indonesia (ISI). Menjabat sebagai dosen tidak membuat wanita berdarah seni ini memilih jalan pintas untuk berhenti diambang kesuksesannya, bagi Achi setiap tantangan dan kesulitan akan selalu membuka jalan baru baginya, hanya saja bagaimana keberanian itu lebih dimajukan dan difungsikan.
Beberapa pengalaman pahit dan memilukan menurut Achi adalah juga sebagai motivator terbesar dalam kesuksesan yang sudah digenggamnya untuk saat ini. Pasalnya perbedaan pandangan dengan keluarga dalam hal pendidikan tidak membuat seorang Achi berhenti sampai tahap ini, “ Karena ketika mereka tidak menyetujui apapun profesi saya dan kecintaan saya, bagi saya itu adalah dorongan dan semangat yang terus berkoar-koar bagi saya, dan itu berarti saya harus lebih bekerja keras untuk membuktikan kepada mereka bahwa semua yang dikatakan itu selamanya tidak harus benar” ungkapnya saat sesi wawancara di ruang k-18 Sasindo. Berbagai cara belajar ia coba untuk membuktikan semangatnya, hingga kini selain menjabat sebagai dosen, penyanyi, mc dan pemain musik jaz ia juga berencana untuk melanjutkan kuliah S2 musik untuk lebih mempertajam ilmu musiknya.
Ketika ditanya terkait dunia perempuan dalam deretan seni, Achi enggan berbicara soal persenian Indonesia, menurutnya sendiri dunia perempuan dan seni merupakan dua hal yang bukan baku untuk didengar atau dilihat. Belajar dari pengalamannya selama masa pemanggungan diberbagai nusantara hingga ke luar negeri, Achi menjabarkan demikian tentang persenian Indonesia bagi perempuan, bahwa seni terkhususnya di Indonesia bagi kaum perempuan sudah tidak dikotak-kotakan lagi, ia menambahkan bahwa semuanya berjalan baik-baik saja sesuai pengamatannya. Sejatinya, yang menjadi persoalan terbesarnya adalah pandangan masyarakat atau orang sekitar akan dunia musik tetapi yang bernuansa “Malam”. Ketika dilontarkan pertanyaan soal komentar orang sebagai profesi penyanyi malam ia juga tidak banyak berkomentar, baginya pandangan orang selalu menunjukan penilaian yang mungkin tidak sesuai kenyataannya, baik itu penilaian terhadap profesi atau penilaian terhadap busana apa yang dikenakan,  “ Saya sudah pernah melewati masa-masa seperti itu bahkan berulang-ulang kali diposisi yang sama, dari keluarga pekerjaan menyanyi bagi anak perempuan merupakan sebuah solusi yang sangat berbahaya karena keselamatan menjadi alasan utama, lain lagi dengan pandangan masyarakat lain yang memiliki tanggapan berbeda dengan profesi saya” jelas Achi.
Pada kesempatannya ia juga memaparkan secara detail salah satu sosok idola luar biasanya yang bisa membawanya dalam dunia jaz. Belajar dari semangat Ella Fitzgerald salah satu penyanyi jaz  kelahiran Amerika Serikat yang juga menyukai pop tradisional dan pernah memenangkan 13 kali   penghargaan dalam profesinya. Sosok Ella telah membawa seorang Achi dalam  penghayatan sebagai penyanyi pop jaz tradisional yang sangat besar. Terbukti dari berbagai ajang penghargaan yang pernah diraih dari dalam negeri maupun luar negeri.
Belajar dari setiap kesukaran dan kemudahan alur ceritanya yang penuh lika-liku dan arus yang mengganjal menjadikan Achi Pradipta selalu mau belajar dari siapa saja,  kapan saja dan dimana saja. Kerendahan hatinya mampu membuat ia cepat diterima. Selain itu, sosok keluarga dimata Achi adalah yang nomor satu yang selalu mendukung, imbuh perempuan yang berkeunggulan eksploratif  ini. Pada waktu luangnya, ia juga menghimbau kepada seluruh jiwa muda Indonesia khususnya kaum perempuan atau Kartini-Kartini muda perihal mengenang Hari Kartini beberapa waktu lalu agar memperbanyak relasi dan berani melakukan hal-hal yang disukai. “ Yang paling terpenting adalah harus berani melakukan hal-hal yang kalian sukai, karena tanpa keberanian kita tidak akan bergerak sampai sejauh manapun”

*Fanii_Stefani

Minggu, 15 Januari 2017

Aku Tak ingin

Detik yang luka
meruncing bencana hidup
cinta yang kelam
mengabdi sepanjang hajat

Hidup bukan hanya untuk duka
bukan juga untuk megibas airmata

Hidup adalah detik
yang harus kamu selesaikan dengan cinta

maka jangan berhenti sayang

aku tak ingin
mengulangi tapakan jalan yang sama
dan juga menyusuri cerita yang sama

yang aku ingini hanyalah
ingin-inginku yang pernah
aku semogakan 

Selasa, 10 Januari 2017

Januari yang malang


Dear januari .....

Datangmu begitu tepat, tak kala aku yang masih berselimut harus cepat mengais bawaanku
 Lalu terbangun dan mengemasi lemari-lemari kesibukanku
 Waktu yang kau tuangkann belum teruntuk kata  cukup 
tuk menyirami ketegaran hati yang masih teramat pilu itu
lalu 
 
Lembar daun hidup yang kau layangkan dalam jiwaku masih mengembara
Entahlah, sampai pada refolusi ke berapa kali ini
Atau sampai pada tahun
Atau bahkan berpuluh-puluh tahun kesekian yang kan ku dapati
Aku hanya debu yang pasti diterjang angin lalu sirna
Aku hanya arang sekali dibakar disisakan dan akan hilang dalam bara lalu kembali ke abu
Hidup ini penuh warna

Kau mengatas namakan abu pada awal dan akhir januari ini
Abu adalah asal muasal kehidupan hidup
Kelabu adalah  akhir dari sebuah kematian

Kita tak lagi menunggangi keledai yang sama
Tuk menyusuri padang mimpi kita
Kita terpecah oleh ruang pembatas dan waktu
Di pertengahan abad kisah januari
Tlah tergariskan tangis serta kertak gigi para pemberontak perempuan

Darah belum mengalir
Namun rinai  darah airmata membakar tajamnya ingatan mereka

Januariku yang malang ....

Kau adalah ketabuhan hidup bagi tangisan semu
wajah-wajah para perempuan merengek di atas pembaringan
Mereka dicekik diawal januari
Berlarut sampai awal pertengahanmu

Sudilah kau memutar kembali
Januari yang tak bernyawa ini
Gemilangnya kota-kota menyuarakan tahun baru penuh bulan darah airmata
Kau tak lagi sama januariku
Kita juga tak sama cerita
Umurmu makin tua
Kau kan merangkak dalam ketuaan dan kesengsaraan tujuhbelasmu sedang kami
Tertawa di atas kikisan para lelaki yang menghujat bumi perempaun

Januariku yang malang ....

Bila tlah lewat jalanmu ini ke hulu menyebrangi hilir
sampaikan aminku pada kedelapan belasmu bahwa
Hidup juga butuh kemudaan dan ketuaan 
Agar kami yang tertawa juga mampu menyisahkan tenaga
 tuk menyusuri jalan bersamamu sampai pada persimpangan berikutnya

Jogjakarta 11 januari